B.MEDIA SEBAGAI IDEOLOG DAN AKTOR POLITIK
Dalam
teori wacana Michel Foucault, ada beberapa istilah kunci, Selain wacana, ada
juga istilah episteme, kuasa, pengetahuan, arkeologi, dan genealogi.
Istilah-istilah itu sulit dipisahkan, tetapi dapat dibedakan. Dalam wacana
Foucault, istilah-istilah tersebut kerap berkelindan, saling silang, dan
berebut muncul ke permukaan.
Wacana
merupakan kumpulan pernyataan yang dihasilkan dari relasi kekuasaan dan
pengetahuan melalui mekanisme yang bersifat plural, produktif, dan menyebar
serta dikonstruksi dengan cara stimulasi. Wacana dalam satu rentang waktu
tertentu, akan menghasilkan episteme baru. Dalam konteks ini memungkinkan
munculnya pengetahuan dan teori baru. Epistemologi yang berkenaan dengan
praktik wacana dan aturan main yang berada di baliknya adalah yang dikenal
dengan arkeologi pengetahuan. Sementara itu, genealogi menj adi model analisis
yang melihat relasi antara pengetahuan dan kekuasaan dalam satu bingkai wacana
dalam satu situasi dan kondisi tertentu. Dalam konteks inilah kekuasaan media
membuat lima wacana yang diangkat dalam penelitian ini menemukan
signiiikansinya. Wacana-wacana itu adalah Kecurangan Kampanye Pilpres, Dugaan
Pelanggaran HAM Prabowo, Debat Capres-Cawapres, Konser Salam 2 Jari, dan
Keberpihakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kelima wacana itu merupakan
representasi dari pola pikir redaksi Kompas Grup, Media Grup, dan MNC Grup sebagai subjek atau pemroduksi wacana
(level meso dalam konsep Norman Fairclough). Penjelasan praktik pembuatan
Wacana Kompas Grup, Media Grup, dan MNC Grup selama kampanye Pilpres 2014 akan dijelaskan di bagian ini.
Penyebaran lima wacana oleh Kompas Grup,
Media Grup, dan MNQ GNP mangandung ideologi masing-masing pada masa kampanye
PemilihanPresiden 2014. Kekuasaan versi Foucault yang menyebar melalui bahasq dan'
berbagai sektor membentuk wacana yang dibuat oleh beragam media inilah yang disebut representasi
ideologi kekuasaan dalam konvergensi media seperti dipaparkan John B.
Thompson‘. Bahwa ideologi ada dag dipergunakan untuk membangun dan
mempertahankan relasi kekuasaan Secara sistematis bersifat asimetn's. Oleh
sebab itu, ideologi adalah makna Yang dipakai untuk kekuasaan. Model umum yang
dilakukan sebuah ideologi adalah legitimasi, penipuan, dan fragmentasi.
Seperti kata Foucault wacana bersifat ideologis karena
menyimpan sesuatu yang tersembunyi. Artinya, selain mengonstruksi wacana,
melalui bcritajuga menyimpan agenda ideologi media seperti yang disebutkan juga
oleh John B. Thomson, bahwa ideologi memiliki tiga perangkat,
yakni sistem kenyakinan yang menandai kelas tertentu, suatu sistem kenyakinan
Husioner, dan proses umum produksi makna dan gagasan. Ideologi memilild tiga
tempat bersemayam, yakm' di dalam bahasa, teks, dan representasi; kelembagaan
material dan seluruh praktiknya; serta di setiap afeksi dan kognisi seseorang .
a)
Kontestasi
Media
Pada
kampanye Pilpres 2014 sangat terasa pilihan-pilihan politik media terhadap
pasangan tertentu. Pilihan politik itu harus berhati-hati diambil media karena
akan berbenturan dengan sikap indeoendensi media.
Sebenarnya
keberpihakan media terhadap partai politik atau kandidat tertentu tidak hanya
terjadi di Indonesia. Di luar negeri pun sama saja. Banyak media yang memilih
dan berafiliasi dengan partai politik atau simpatisan kandidat tertentu.
b)
Etika
Jurnalistik
Etika
jurnalistik karena hasil kreasi manusia masih perlu diperdebatkan. Bahkan,
etika dalam beberapa perspektif tergantung yang mempergunakan. Hal ini pula
yang sedang terjadi pada jurnalisme situs berita, yang secara kasat mata sudah
mengubah tradisi jurnalisme tradisional. Jurnalisme situs berita sering
disoroti karena kerap kali mengorbankan akurasi, validasi, verifikasi dan
kelengkapan berita demi mengejar kecepatan.
Seperti kata Foucault wacana bersifat ideologis karena menyimpan sesuatu yang tersembunyi. Artinya, selain mengonstruksi wacana, melalui bcritajuga menyimpan agenda ideologi media seperti yang disebutkan juga
a)
Kontestasi
Media
Pada
kampanye Pilpres 2014 sangat terasa pilihan-pilihan politik media terhadap
pasangan tertentu. Pilihan politik itu harus berhati-hati diambil media karena
akan berbenturan dengan sikap indeoendensi media.
Sebenarnya
keberpihakan media terhadap partai politik atau kandidat tertentu tidak hanya
terjadi di Indonesia. Di luar negeri pun sama saja. Banyak media yang memilih
dan berafiliasi dengan partai politik atau simpatisan kandidat tertentu.
b)
Etika
Jurnalistik
Etika
jurnalistik karena hasil kreasi manusia masih perlu diperdebatkan. Bahkan,
etika dalam beberapa perspektif tergantung yang mempergunakan. Hal ini pula
yang sedang terjadi pada jurnalisme situs berita, yang secara kasat mata sudah
mengubah tradisi jurnalisme tradisional. Jurnalisme situs berita sering
disoroti karena kerap kali mengorbankan akurasi, validasi, verifikasi dan
kelengkapan berita demi mengejar kecepatan.
Komentar
Posting Komentar